Tembang Laskar pelangi yang dilantunkan Nidji, kerap terngiang di telinga. Duniaku mirip potongan syair lagu Nidji;
Mimpi adalah kunci..Untuk kita menaklukkan dunia..
Laskar pelangi.. tak kan terikat waktu..
Jangan berhenti mewarnai..jutaan mimpi di bumi
Menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga..
Bersyukurlah pada Yang Kuasa..
Ya, aku tak terikat oleh ruang maupun waktu. Terasa menyenangkan. Semuanya berawal dari tetangga sebelah rumah. Dalam setahun terakhir ini mbak Zoel gencar 'menengok' halaman rumah kami di Banjar Wijaya, Tangerang. "Pengin punya apa? Rumah, mobil, atau keliling dunia? Gampang, yang penting harus punya mimpi," tantangnya.
Saya tahu persis, mbak Zoel bukanlah illusionis macam Deddy Courbuzier yang bisa memindahkan benda dalam tempo sekejap. Ia pun tak punya kemampuan telepati ala Rommy Rafael yang dapat mempengaruhi pikiran orang. Satu hal pasti, jika tak mengajar kuliah, mbak Zoel kerap bepergian ke luar negeri; sebuah konsekuensi dari mimpinya.
Perkenalanku dengan beliau termasuk tak begitu lancar. Awalnya sekadar say hallo, menanyakan kabar keluarga, berlanjut ke soal arisan ibu-ibu, hingga pengajian. Bulan-bulan terakhir kemudian, beliau gencar mengajakku ikut bisnisnya. Seperti biasa, aku menjawab dengan senyuman, tak lupa mengangguk mengucapkan terimakasih.
Barangkali selama ini aku terpengaruh ucapan hubby, yang tak pernah bisa dibujuk ikut bisnis MLM. "Jangankan bayar, gratis pun ogah," kata hubby yang awal tahun 2000 diajak tur ke Malaysia oleh sebuah perusahaan MLM. Tur itu sendiri semacam promo dan gratis, tapi tetap saja tak bisa menggoyahkan pendiriannya.
Alasan hubbyku sederhana, ia tak tega mendapat laba dengan donlen yang berjibaku, sementara ia ongkang-ongkang di rumah. Ketika kuceritakan alasan hubbyku itulah, mbak Zoel terdiam sejenak. Entah apa yang berkecamuk dalam hatinya, namun ia tegas memberi garansi; bisnis yang ditekuni dijamin halal. Keseharian mbak Zoel yang santun, dengan jilbabnya, membuatku merasa bersalah. "Astaghfirullah, selama ini aku berprasangka buruk terhadap tetangga yang berniat berbagi rezeki."
Di rumah mbak Zoel itulah, saya dan mba' Anik -istrinya PILOT tetangga sebelahnya lagi .. dibuat terkesima. Mbak Zoel yang saya kenal dalam keseharian, berubah drastis, meyakinkan sebagai enterpreneur. "Di bisnis Oriflame ini, tidak ada kamus, yang berada di posisi atas selalu enak, yang di bawah kerja keras. Tidak ada.!!" paparnya.
Kenapa bisa seperti itu? Begini penjelasannya....
Setiap awal bulan, siapapun dan pada posisi apapun mereka (member baru, manager, director dst), padasetiap awal bulan, poin yang dimiliki akan kembali NOL. Mereka yang belakangan bergabung, selalu punya kesempatan mendapat bonus dan karir. Bahkan sudah banyak leader Oriflame (uplen) dapat dilampaui oleh downline, baik bonus maupun karirnya. Inilah yang membedakan Oriflame dari bisnis MLM pada umumnya. Jika MLM pada umumnya menganut asas piramida (menguntungkan yang di atas), di Oriflame hal tersebut tak berlaku.
Ibaratnya, Oriflame telah membukakan pintu, dan selanjutnya kami yang menentukan kapan berlari mengayunkan seribu langkah ke depan..!!! Dan satu hal lagi yang s'lalu aku tekankan pada para calon donlenku, kami mengendalikan bisnis ini dari rumah. Setiap saat, kami bisa berhubungan melalui laptop dengan partner kerja dari berbagai kota. wuuuiiihhhh..k'bayang serunya.
Di akhir bulan, tinggal menghitung bonus. Kami yakin, berpuluh juta passive income yang didapat para leader, pasti dimulai dari langkah awal. Benar kata Nidji, dunia terasa menyenangkan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar